Tekan Angka Residivis, Lapas Banyuwangi Jalin Kerja Sama dengan Yayasan GENNESA

oleh -1074 Dilihat

 

Banyuwangi – Tingginya tingkat residivis di Banyuwangi menjadi perhatian khusus bagi Lapas Banyuwangi, khususnya dalam kegiatan pembinaan. Untuk menekan jumlah residivis, Lapas Banyuwangi menjalin kerja sama dengan Yayasan Gendhog Nemu Sariro (GENNESA), Kamis (5/1).

Kerjasama tersebut dalam rangka memberikan rehabilitasi sosial dan perubahan perilaku bagi warga binaan. Pelaksanaan kerja sama ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama yang dilakukan oleh Kalapas Banyuwangi Wahyu Indarto dan Ketua Yayasan GENNESA Tutik Handayani yang berlangsung di Aula Sahardjo.

Baca Juga :  Apel Pagi Pegawai dan Halal Bihalal Idul Fitri 1443 H Lapas Muara Enim Kemenkumham Sumsel

“Hal ini kami laksanakan untuk meningkatkan kegiatan pembinaan di Lapas Bayuwangi dengan tujuan mengurangi tingkat residivis di Kabupaten Banyuwangi” ujar Wahyu.

Wahyu menyebutkan bahwa dalam memberikan pembinaan, pihaknya tidak dapat bekerja sendiri, namun membutuhkan dukungan dari pihak luar, salah satunya dari organisasi masyarakat yang bergerak di bidang rehabilitasi.

“Tentu kami sampaikan apresiasi terhadap Yayasan GENNESA yang telah bersedia membantu kami dalam melakukan kegiatan pembinaan,” lanjutnya.

Saat ini Lapas Banyuwangi dihuni oleh 948 warga binaan, dengan 203 diantaranya merupakan residivis atau kembali melakukan tindak pidana.

Baca Juga :  Penuhi Hak Warga Binaan, Klinik Lapas Bukittinggi Lakukan Pengobatan dan Pengawasan Terhadap WBP yang Terjangkit TBC

“Jumlah tersebut tergolong tinggi, sehingga kedepan kami memiliki target untuk mengurangi tingkat residivis tersebut,” kata Wahyu.

Sementara itu, Ketua Yayasan GENNESA Tutik Handayani menjelaskan bahwa pihaknya akan membantu agar warga binaan Lapas Banyuwangi tidak kembali ke jalan yang salah setelah bebas nanti melalui kegiatan rehabilitasi.

“Bentuk rehab yang kami lakukan tidak hanya untuk pemakai narkoba, namun juga terhadap lansia dan kelompok rentan,” terang Tutik.

Lebih lanjut Tutik mengatakan bahwa tingginya tingkat residivis dikarenakan tidak ada perubahan perilaku. Karenanya melalui program rehabilitasi, ia akan melakukan pembiasaan perubahan perilaku terhada warga binaan.

Baca Juga :  Kalapas Muara Enim Mukhlisin Fardi ikuti Upacara Hari Bhakti Imigrasi ke 74

“Jika dipaksa dan dibiasakan, maka perubahan itu akan terbentuk,” ucapnya.

“Untuk sementara kami targetkan perubahan perilaku terhadap diri sendiri terlebih dahulu, karena nanti secara tidak langsung akan mempengaruhi lingkungannya,” pungkas Tutik. (ltp)

No More Posts Available.

No more pages to load.